STUDY FIELD PERKAMPUNGAN KERA – KERA
Jumat, 27 Desember 2013
0
comments
Wilayah
Kera-kera merupakan suatu wilayah yang terletak dibagian barat Universitas
Hasanuddin, kera-kera yang dahulunya merupakan wilayah tamalanrea Makassar kini
menjadi bagian dari kelurahan tamalanrea indah makasar.
Sejarah
Awal kemunculan kata Kera-kera yaitu pada zaman kerajaan, ketika warga tidak dapat
menentukan nama setiap wilayah pada saat itu. Kata kera-kera berasal dari
bahasa indonesia yaitu “kira-kira” yang artinya mengira-ngira atau berfikir
dahulu. Wilayah Unhas yang sekarang dipenuhi oleh gedung-gedung perkuliahan
dahulunya merupakan perkampungan warga kera-kera, misalnya daerah fakultas
kedokteran hingga baruga sekarang, adalah daerah yang dulunya bernama
“Bontotinggi” dan daerah FIS yang sekarang, tapi dulu bernama “Bontosugi”.
Sejak tahun 1978 pembangunan Unhas kemudian diperluas, sehingga
pada saat itu terjadi pembongkaran dan penggusuran warga. Pihak birokrasi unhas
menjanjikan beberapa hal kepada warga diantaranya ganti rugi dan mempekerjakan
warga di Unhas, baik itu sebagai Cleaning
Service, Office Boy, dan staff pegawai. Harga tanah pada saat itu 500 rupiah per meter.
Pada tahun 1979 kemudian warga merasa Unhas tidak
menepati kesepakatan tersebut, sehingga warga melakukan demonstrasi pembebasan
tanah mereka. Pada tahun 1981 Unhas diresmikan kemudian mengklarifikasi
mengenai pembayaran tanah warga bahwa semua pembayaran telah dilunasi kepada
warga. Akan tetapi, pembayaran itu melalui perantara pengurus pembebasan tanah
yang kemudian hingga sekarang warga tidak mengetahui siapa dan dimana
oknum-oknum tersebut, yang telah mengambil uang rakyat atas pembayaran tanahnya
dari Unhas.
Berdasarkan keterangan warga, oknum-oknum tersebut yang
tidak menyampaikan informasi yang jelas terhadap pembayaran tanah warga, “Kemungkinan besar ada kerjasama antara pihak
Unhas dan Pengurus Pembebasan tanah tersebut dengan pihak Unhas” kata Abu
Bakar salah seorang warga yang merupakan ketua RT 004 Kera-kera.
Sebelumnya warga pada saat berurusan dengan pihak
pengurus tersebut dijanjikan akan melakukan pembaharuan surat-surat, sehingga
sebagian warga menyerahkan surat-surat tanahnya tapi ada juga yang tidak mau,
hingga pada akhirnya ternyata tanah tersebut sudah menjadi milik Unhas tanpa sepengetahuan
warga. “Warga saat itu hingga sekarang
bisa melawan akan tetapi tidak dapat mengalahkan” kata pak Abu Bakar.
Hingga hari ini, sebagian keturunan asli warga kera-kera
masih bertahan di tanah kelahiran mereka yang masih tersisa, hidup dengan perekonomian
yang sulit dan rasa cemas dari perebutan tanah yang menghantui disetiap
harinya. perebutan tanah dari oknum yang tidak bertanggung jawab seperti sudah
menjadi bagian dari hidup mereka.
Ekonomi
Masalah
perekonomian warga kera-kera merupakan masalah pokok yang kelompok kami
anggap berdampak besar dan sistemik
terhadap kehidupan masyarakat. Akar masalahnya yakni sangat minimnya peran
pemerintah dan pihak unhas sendiri untuk mencoba membangun kesejahteraan
masyarakat serta minimnya pengetahuan masyarakat untuk coba menciptakan
lapangan kerja dan mengembangkan usaha-usaha yang telah ada. sektor pendidikan,
usaha kerja dan infrastruktur jalan, penerangan serta keterjangkauan air bersih
dari PDAM merupakan sektor yang paling minim memperoleh bantuan dari pihak
pemerintah dan pihak unhas. Kemudian
dari akar masalah tersebut maka muncullah masalah-masalah berikutnya seperti
tingginya jumlah pekerja informal (serabutan) disebabkan ketersediaan lapangan
kerja yang minim dan besarnya pengharapan warga masyarakat terhadap penghasilan
dari penjualan minuman tradisional “ballo” yang notabene hasil produksinya
tidak menentu dan juga pendapatan yang tidak menentu. Dan ada juga sebagai
pegawai di unhas dirasa belum mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
untuk mensiasati kondisi tersebut sebagian besar warga berinisiatif untuk
mencari sumber pendapatan lain seperti mengelola tambak ikan, dan mengojek.
Hal-hal
diatas kemudian yang menyebabkan
pendapatan warga kera-kera tidak tetap sehingga membuat warga masyarakat rentan
terhadap masa depan disamping adanya kasus-kasus sengketa lahan yang juga
mengancam kepemilikan lahan warga yang notabene merupakan salah satu investasi
yang bernilai tinggi dan masih dimiliki oleh warga sampai saat ini.
Kesehatan
Berdasarkan
yang kelompok kami lakukan dengan memeriksa kesehatan warga melalui cek tekanan
darah kebanyakan warga mengalami
penyakit Hipertensi. Masalah ini
sangat erat kaitannya dengan masalah ekonomi warga. Sehingga akibat dari itu
pola hidup mereka menjadi kurang baik. Karena pekerjaan warga kera-kera yang
umumnya berbentuk informal mengakibatkan
pendapatan mereka juga rendah. Pendapatan yang rendah mengakibatkan sebagian
warga menjadi stress. Agar dapat menghilangkan stress tersebut, warga
melampiaskannya ke rokok dan minum ballo. Jika kita analisis dengan baik, tidak
hanya karena untuk menghilangkan stress mereka merokok, namun didukung juga
oleh harga rokok yang murah. kebiasaan merokok ini mengakibatkan beberapa
masalah kesehatan misalnya hipertensi dan sesak napas.
Begitupun
halnya dengan minum ballo, mereka tidak hanya meminum ballo karena untuk
menghilangkan stress tetapi karena mereka juga menjadikan produksi minuman
ballo sebagai mata pencaharian tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Minuman ballo ini juga dapat mengakibatkan
masalah kesehatan seperti hipertensi dan kerusakan lambung.
Akibat
pendapatan yang rendah pula, maka warga disana memilih untuk mengkonsumsi
makanan yang murah meriah misalnya ikan kering asin, namun mereka tidak tahu
akibat yang dapat timbul jika mengkonsumsi ikan asin tersebut. oleh karena itu
banyak warga disana yang terkena hipertensi disebabkan kandungan garam yang
tinggi di dalam ikan kering asin tersebut.
Pendidikan
Dalam
aspek pendidikan di kera-kera cukup memperihatinkan. Lagi-lagi karena
keterbatasan ekonomi, sehingga mereka sulit untuk mengakses pendidikan yang
layak. Sebagai sebuah akibat dari perjalanan sejarah tingkat pengetahuan dan
pendidikan warga yang masih minim sehingga menjadi korban pembodohan pada masa
itu. Pak Nurdin salah satu warga mengatakan “itumi kekurangannya warga kita dulu, karena masih kurang berpendidikan,
sampai-sampai gampangki’ dibodoh-bodohki”. Namun ketika kita melihat
sekarang karena warga juga sudah banyak mengalami perubahan, sehingga mereka punya keinginan yang besar untuk membangun dan mengembangkan potensi yang
ada pada masyarakat kera-kera, Masyarakat membuat sekolah sendiri walaupun
tanpa bantuan dari Pemerintah. Banyak kekecewaan masyarakat akan hal ini karena
tuntutan pendidikan bagi mereka adalah hal yang paling utama untuk anak-anak
mereka. Adapun sekolah yang dibentuk hanya Taman kanak-kanak (TK) dan sekolah
dasar (SD). Hal ini murni karena inisiatif masyarakat sendiri, dengan dana dari
sumbangsi para warga. Banyak kekhawatiran masyarakat akan masa depan anak-anak
mereka apakah harus berhenti setelah tamat SD atau harus keluar dari kera-kera
untuk menuntut pendidikan yang lebih baik. Ada dari mereka yang dengan berani
mendaftar di SMPN tapi mereka ditolak karena mereka berasal dari sekolah yang
mutu pendidikannya rendah. Inilah yang menjadi permasalahan utama di masyarakat
Kera-kera sekarang. Adanya harapan besar untuk peningkatan pendidikan di
kera-kera menjadikan kami untuk menjadikan ini sebagai rumusan masalah untuk menemukan
solusi terbaik untuk masalah ini.
Sosial
dan Budaya
Suasana perkotaan yang padat dengan aktivitas, cenderung
membuat manusia untuk bekerja sesuai kepentingannya masing-masing. Namun, di
tengah padatnya aktifitas kota, sebuah desa di pinggiran pusat pendidikan kota
besar, masih terdapat kentalnya interaksi sosial antar tetangga. Kera-kera adalah
salah satu dari beberapa perkampungan yang masih bertahan di tengah kota besar
seperti Makassar.
Perkampungan kera-kera merupakan bagian dari kelurahan
Tamalanrea Indah, Makassar. terdapat 7 Rukun Warga. kera-kera sendiri merupakan
RW 006 yang didalamnya terdapat 4 RT. salah satu RT tersebut bernama Kalibimbi
yang merupakan RT 004. mata pencarian warga juga beragam, sebagian masih
bergantung kepada produksi minuman tradisonal yang berasal dar pohon Nipa, menjadi
pengendara Ojek motor, dan beberapa menjadi tenaga pekerja di UNHAS dan
POLITEKNIK.
Suasana ramah tamah warga kera-kera dapat dirasakan
meskipun kita bukan bagian dari warganya, Saling menolong antar tetangga
nampaknya sudah membudaya, mulai dari aktifitas kerja bakti yang saat ini masih
konsisten dilaksanakan warga ditiap akhir pekan. beberapa kepala rumah tangga
juga tak sungkan membagikan listriknya kepada warga yang tidak mampu mengakses
fasilitas listrik. saat ada warga yang ingn melangsungkan acara pernkahan,
seluruh warga kalibimbi pun turut serta membantu keluarga mempelai untuk
melancarkan acara pernikahan. bahkan untuk urusan kebidanan, warga yang
kesulitan perekonomian mempercayakan kandungannya kepada salah seorang warga
yaitu Mbah Bada’, 63thn, yang mampu membantu kebidanan non-medis.
Warga desa kera-kera beragam khususnya daerah
Kalibimbing, ada yang merupakan warga asli yang merupakan keturunan, ada pula
yang pendatang yang menjadi bagian dari warga, terdapat satu kepala keluarga
yang merupakan pendatang dari Maumere, Flores. namun hal tersebut tidak menjadi
alasan untuk mereka berpandangan beda. kerjasama dari warga menghasilkan banyak
pembangunan nyata seperti Sekolah dan Masjid yang murni merupakan inisiatif
dari warga sendiri. Kesulitan air bersih diwilahay kalibimbi membuat warga
berinisiatif membuat saluran air yang berasal dari Polteknik maupun menggali
sumur.
Namun, produktifitas dari warga masih dihantui dari rasa
tidak aman dari masalah persengketahan tanah. sedikit demi sedikt tanah yang
mereka pijaki menjadi milik orang lain, pembangunan kota juga berdampak kepada
masalah kebersihan lingkungan desa, empang yang berada didesa kera-kera yang
menjadi mata pencaharian penduduk sekitar menjadi tercemar akibat pembangunan
tersebut, membuat permasalahan ekonomi warga bertambah.
Kera-kera adalah
salah satu wilayah perkampungan di kota besar Makassar yang masih bertahan dengan
perekonomian yang sulit, pembangunan kota perlahan membuat mereka semakin
terasingkan, dan perenggutan lahan melengkapi ketidak nyamanan mereka untuk
hidup aman.
0 comments:
Posting Komentar