Lembaga Mahasiswa Kuantitas atau Kualitas?
Jumat, 27 Desember 2013
1
comments
Oleh Amiruddin
Seiring
perjalanan sejarah kelembagaan mahasiswa khususnya lembaga kemahasiswaan baik
di tingkat universitas maupun tingkat fakultas yang kita kenal sebagai wadah
dan ruang aspiratif untuk para kaum-kaum intelektual dengan berbeda latar
berkumpul untuk belajar, berbagi ilmu, pengalaman dan melatih softskill, serta berpegang
teguh terhadap ideologi-ideologi yang bersifat solutif untuk berbagai
permasalahan-permasalahan sosial dan terkhusus dalam dunia kampus.
Namun kini seakan
termakan oleh dinamika perkembangan zaman yang semakin hari menyayat sedikit
demi sedikit dari setiap sendi-sendi dunia kelembagaan mahasiswa. Hari ini
boleh dikatakan lembaga mahasiswa mulai kehilangan orientasi akan visinya
sebagai sebuah hakikat terbentuknya sebuah lembaga. Ketika kita bercermin
terhadap pergerakan-pergerakan lembaga mahasiswa masa orde baru hingga
reformasi yang telah melalui jalan yang panjang hingga saat ini sangatlah jauh
berbeda dari segi orientasi terbentuknya, hingga proses, dan metode untuk
mempertahankan eksistensi dari sebuah lembaga.
Disamping
pengaruh modernisasi saat ini kelembagaan mahasiswa tidak dapat dinafikkan
bahwa banyak lembaga-lembaga mahasiswa yang terbentuk secara instan dan
mengatasnamakan mahasiswa, begitupun yang sudah ada sejak dulu kehilangan arah
dan tujuan sebagaimana mestinya. Ini semua terjadi karena pergeseran paradigma
oleh mahasiswa akan urgensinya dalam berlembaga. Timbulnya tipologi-tipologi
mahasiswa yang bersifat opurtunis dan pragmatis. Dibalik semua itu orientasi
terbentuknya sebuah lembaga terkadang hanya untuk kepentingan-kepentingan segelintir
orang yang berusaha mengumpulkan massa untuk mewujudkan hasrat kekuasaan yang
bersifat materil dan individualis. Sehingga menghalalkan segala cara untuk
mempertahankan eksistensinya. Mulai dari sistem rekruitmen kader yang tidak
lagi memprioritaskan kualitas, sehingga menimbulkan suasana kompetitif untuk
penggemukan anggota setiap lembaga, hingga sistem doktrinasi terhadap kader
atau pun pengurus dengan memanfaatkan kemampuan retorika yang bersifat
agitatif. Begitupun dengan program-program yang dijalankan lebih mendominasi
kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat event
organizing dan ceremonial belaka.
Efektivitas
jalannya roda organisasi atau lembaga tidak dapat dipungkiri bahwa sistem
kaderisasi sangatlah urgen untuk kontinuitas lembaga dalam jangka panjang, akan
tetapi dengan keberadaan kuantitas dengan minimnya kualitas kader sebagai tolok
ukur keberhasilan sebuah lembaga menjadi sebuah boomerang yang akan
menghancurkan lembaga mahasiswa secara perlahan tapi pasti. Seringnya terjadi
perselisihan atau pun sengketa antar lembaga mahasiswa salah satu faktor tidak
berkualitasnya anggota ataupun pengurus dalam mengelolah lembaga, internalisasi
nilai-nilai dalam berlembaga kurang tersosialisasikam dengan baik, sehingga
perencanaan dan pelaksanaan program tidak berjalan optimal. Ini semua menjadi
benih-benih timbulnya konflik, misalnya ada angggota dari lembaga x yang
melakukan tindakan yang mengancam nama baik lembaga kemudian mengatasnamakan
dirinya dari lembaga lain sebagai bentuk penyelamatan lembaganya, ketidakprofesionalan
anggota atau pun pengurus juga bisa menjadi pemicu konflik internal ataupun
eksternal dalam lembaga. Yang seharusnya lembaga-lembaga kemahasiswaan tingkat
universitas, fakultas ataupun lembaga eksternal lainnya adalah mitra untuk
pencapaian visi secara bersama-sama bukannya menjadi lawan dalam perebutan anggota
demi penggemukan jumlah anggota masing-masing lembaga dengan mengeyeampingkan
kualitasnya. Itulah dinamika dalam berlembaga yang tidak akan menjadi alasan
untuk menutup ruang memikirkan konsep-konsep yang lebih inovatif dan
revolusioner untuk tatanan kelembagaan mahasiswa sebagaimana yang kita
harapkan.
Saat ini untuk pemikir-pemikir lembaga yang modern seharusnya tidak lagi memikirkan akan kuantitas, walaupun itu sangat penting yang jelas ada keselarasan dengan kualitasnya. Bung Karno misalnya yang cuma membutuhkan sepuluh orang pemudah saja untuk mengguncang dunia setidaknya memperjelas bahwa kualitas jauh lebih urgen dalam membangun dan mempertahankan sebuah ideologi khususnya wadah perkumpulan misalnya lembaga mahasiswa. Walaupun hanya beberapa orang yang mempunyai keinginan besar dan dasar yang kuat untuk memperjuangkan sebuah kebenaran semuanya bisa dilakukan. Efisiensi SDM, konsistensi, dan loyalitas dan partisipasi aktif dalam berlembaga dapat menjadi pendongkrak untuk memudahkan pencapaian tujuan dari berlembaga dan dapat meminimalisir konflik-konflik internal lembaga ataupun konflik antar lembaga. Sehingga terjadi keharmonisan baik antar anggota dan pengurus begitupun antara lembaga yang satu dengan lainnya, demi terciptanya sebuah ruang yang ideal yang mampu menampung dan menyelesaikan masalah.
Saat ini untuk pemikir-pemikir lembaga yang modern seharusnya tidak lagi memikirkan akan kuantitas, walaupun itu sangat penting yang jelas ada keselarasan dengan kualitasnya. Bung Karno misalnya yang cuma membutuhkan sepuluh orang pemudah saja untuk mengguncang dunia setidaknya memperjelas bahwa kualitas jauh lebih urgen dalam membangun dan mempertahankan sebuah ideologi khususnya wadah perkumpulan misalnya lembaga mahasiswa. Walaupun hanya beberapa orang yang mempunyai keinginan besar dan dasar yang kuat untuk memperjuangkan sebuah kebenaran semuanya bisa dilakukan. Efisiensi SDM, konsistensi, dan loyalitas dan partisipasi aktif dalam berlembaga dapat menjadi pendongkrak untuk memudahkan pencapaian tujuan dari berlembaga dan dapat meminimalisir konflik-konflik internal lembaga ataupun konflik antar lembaga. Sehingga terjadi keharmonisan baik antar anggota dan pengurus begitupun antara lembaga yang satu dengan lainnya, demi terciptanya sebuah ruang yang ideal yang mampu menampung dan menyelesaikan masalah.
Amiruddin
Menteri Komunikasi dan Informasi BEM Fakultas Hukum Univesitas Hasanuddin periode 2012-2013
1 comments:
Bagaimana peran pemimpin dalam memastikan keselarasan kualitas dan kuantitas dalam upaya mencapai tujuan lembaga? Regards Telkom University
Posting Komentar